Pemenang Anugrah Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2024
Provinsi Sumatera Barat, Melalui Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat Mengumumkan Enam orang yang berasal dari ranah Minangkabau dengan latar belakang kompetensi dan kontribusinya masing-masing terhadap kebudayaan dan seni dan satu komunitas seni diberi Anugerah Kebudayaan Sumatera Barat 2024.
Pengumumanya Anugerah Kebudayaan dilangsungkan malam resepsi Hari Jadi ke 79 Provinsi Sumatera Barat di Auditorium Gubernuran Sumatera Barat, Selasa malam 1 Oktober 2024.
Anugerah ini merupakan salah satu rangkain dari Pekan Kebudayaan Daerah (PKD) yang Diselenggarakan Dinas Kebudayaan Melalui UPTD Taman Budaya Sumbar dalam menyambut Hari jadi Provinsi Sumatera Barat yang ke 79.
Kepala Dinas Kebudayaan Sumatera Barat, Bapak Dr. H. Jefrinal Arifin, SH, M. Si mengatakan, tokoh-tokoh yang menerima penghargaan hasil kurasi yang ketat dan kompeten.
“Ada enam tokoh dan satu komunitas yang menarima Anugerah Kebudayaan Sumatera Barat tahun 2024 ini. Hadiah dan penghargaannya diserahkan malam ini Rabu, 2 Oktober 2024 saat pembukaan Pekan Kebudayaan Daerah (PKD) Sumatera Barat 2024,”.
Adapun enam orang tokoh-tokoh yang menerima penghargaan adalah Mohammad Nasroen, Boestanoel Arifin Adam, Mansoer Daoed Datuak Palimo Kayo, Taufik Abdullah, Ernawati, Body Dharma, dan Komunitas Seni Nan Tumpah.
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat mengatakan tokoh-tokoh dan komunitas yang menerima Anugerah Kebudayaan Sumatera Barat 2024 ini dinilai berhasil dalam konteks sesuai yang disyaratkan aturan.
Misalnya, untuk maestro yang diberikan kepada Mohammad Nasroen, yang dinilai adalah telah berkarya lebih dari 50 tahun. "Artinya, penghargaan ini diberikan kepada mereka-mereka yang memang telah berjasa," ujarnya.
Penghargaan juga diberikan untuk kategori pencipta, pelopor, pembaharu, dan komunitas. Ia menjelaskan tokoh-tokoh ini hendaknya dapat menginspirasi generasi-generasi muda untuk terus berproses dan berkarya.
Mohammad Nasroen merupakan ahli hukum dan cendekiawan Minangkabau terkemuka yang pernah menjadi Gubernur Sumatera Tengah (1947-1950). Ia seorang pemikir dan ahli pemerintahan, khususnya masalah otonomi daerah. Ia juga seorang seorang pelopor kajian filsafat Indonesia dan Guru Besar Filsafat di Universitas Indonesia.
Nasroen lahir di Lubuak Sikaping pada 29 Oktober 1907 dan meninggal dunai 28 September 1968 di Jakarta.
Lalu, Boestanoel Arifin yang akrab dikenal Wan Tanul yang merupakan seniman serba bisa. Ia bisa silat, tapi lebih dikenal sebagai pemusik. Ia pernah menjabat Kepala Seksi Pendidikan Musik dan Direktorat Kebudayaan Jakarta (1962-1964) dan pernah menjabat Direktur ASKI Padang Panjang dua kali (1967-1979) dan (1979-1984).
Boestanul Arifin Adam lahir di Padang Panjang 18 April 1923 dan maningga di Padang Panjang pada 1995 usia 72 tahun.
Penghargaan juga diberikan kepada Mansoer Daoed Datuak Palimo Kayo seorang ulama besar. Ia pejuang kemerdekaan, politisi, dan diplomat yang pernah menjabat Duta Besar RI di Irak. 10 Maret 1905. Mansoer Daoed Datuak Palimo Kayo lahir di Pahambatan, Nagari Balingka, Agam, pada 10 Maret 1905, meninggal dunia 17 November 1985 (umur 80) di Kota Padang.
Sejarawan Taufik Abdullah juga salah satu penerima penghargaan ini. Pria kelahiran Bukittinggi, 3 Januari 1936, merupakan sejarahwan yang produktif melahirkan karya-karya. Ia telah menghasilkan lebih dari 20 artikel yang dimuat di berbagai media massa dan lebih dari 50 kata pengantar dalam berbagai karya.
Penerima penghargaan berikutnya adalah Ernawati. Ia seorang pendendang saluang, yang sampai hari ini masih tetap setia dengan profesinya meski umurnya sudah kepala enam.
Body Dharma, salah seorang penerima lainnya adalah seniman seni rupa, pengsketsa, pematung dan keramik. Body Dharma lahir di Kayutanam, pada 4 Desember 1955. Mendapat pendidikan di Ruang Pendidik INS Kayutanam 1974. Belajar seni patung dan seni-rupa, bimbingan pematung Arby Samah 1976. Hijrah dan masuk kelompok Pawitan Sanggar Bambu ke Yogyakarta, Jakarta, asuhan Sunarto PR. Ikut Pameran Bersama kelompok Sanggar Bambu Jakarta dan Yogyakarta.
Untuk komunitas yang mendapat Anugrah Kebudayaan adalah Komimitas Seni Nan Tumpah. Komunitas Seni Nan Tumpah (KSNT) adalah lembaga seni budaya independen yang berdiri pada 2009 dan diresmikan pada 2010. Komunitas ini bergerak dalam penciptaan dan pemberdayaan seni pertunjukan tradisional maupun modern (teater, randai, tari, musik).
Dalam empat belas tahun perjalanannya, komunitas seni yang didirikan oleh Mahatma Muhammad, Halvika Padma, dan Yosefintia Sinta ini tercatat sebagai komunitas seni terproduktif dalam menghasilkan karya seni pertunjukan di Sumbar. Sejak 2009, komunitas ini telah memproduksi 50-an karya seni dan menyelenggarakan puluhan kegiatan/karya pertunjukan.