Mambantai Kabau Gadang Turun Ka Sawah di Nagari Pasia Talang ,Alam Surambi Sungai Pagu, Kabupaten Solok Selatan
Bertempat di Nagari Pasia Talang Kabupaten Solok Selatan. Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat mewakili Gubernur Sumatera Barat menghadiri prosesi Mambantai Kabau Gadang Turun Ka Sawah yang merupakan salah satu tradisi dan peristiwa budaya dalam masyarakat adat Alam Surambi Sungai Pagu pada hari Minggu, 16 Oktober 2022.
Turut hadir Anggota DPRD Provinsi Sumbar H. Nurfirmanwansyah MM, Apt; Sekretaris LKAAM Sumbar Jasman Rizal Dt. Bandaro Bendang; Wakil Bupati Solok Selatan Ir. H. Yulian Efi Dt. Rangkayo Basa; Rajo Nan Barampek Alam Surambi Sungai Pagu, Ketua KAN Pasia Talang Sungai Pagu; Niniak Mamak Malayu Ampek Nyinyiak; Niniak Mamak Tigo Baleh Nan Bakapanjangan; Niniak Mamak Panai Tigo Ibu; Niniak Mamak Kampai Nan 24; Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan beserta jajaran; Kepala Dinas Pertanian Solsel, drh. Nurhayati, dan Camat Sungai Pagu, Darmansyah beserta masyarakat Solok Selatan.
Mambantai Kabau Nan Gadang merupakan bagian dari prosesi adat turun kesawah yang telah dilaksanakan masyarakat Adat Alam Surambi Sungai Pagu Solok Selatan. Rangkaian prosesi dimulai dengan adanya musyawarah dan mufakat dalam menentukan kesepakatan empat Suku di Alam Surambi Sungai Pagu yakni Suku Melayu, Kampai, Panai dan Tigo Lareh untuk turun ke sawah (menanam padi) secara bersama agar terhindar dari hama, jika ada yang melanggar akan diberikan hukum adat. Kemudian dilakukan iuran bersama untuk membeli kerbau yang akan disembelih. Kerbau yang disembelih dagingnya akan dibagikan ke empat suku dan dimasak untuk berdoa dan makan bersama.
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat, Syaifullah, S.Pd, MM mengatakan tradisi “mambantai kabau nan gadang turun ka sawah” mengandung unsur kekompakan, kerja sama dan kolaborasi masyarakat di Solok Selatan. Hal yang perlu dilestarikan dan diturunkan kepada generasi muda agar tradisi ini terus berlanjut.
Dalam hal ini wakil Bupati Solok Selatan, Ir. H. Yulian Efi Dt. Rangkayo Basa menyampaikan prosesi ini bukan hanya seremonial semata namun memiliki makna dalam tatanan adat istiadat masyarakat adat Alam Surambi Sungai Pagu.
Tradisi “mambantai kabau nan gadang turun ka sawah” merupakan salah satu warisan nenek moyang dan keragaman budaya yang berkaitan dengan kebersamaan, goyog royong, pengetahuan, pertanian, prosesi, tatanan hingga filosofi.