Pagelaran Randai Saedar Siti Kerjasama UPTD Taman Budaya & RRI Padang
Dalam rangka Apresiasi dan Peningkatan kualitas Kesenian Sumatera Barat. Dinas Kebudayaan melalui UPTD Taman Budaya Provinsi Sumatera Barat melaksanakan pagelaran Randai bekerjasama dengan Radio Republik Indonesia (RRI) Padang pada tanggal 28 Juni 2019.
Pagelaran ini dilaksanakan di Auditorium dengan menghadirkan kelompok randai Saedar Siti yang juga membawakan naskah Saedar Siti.Kelompok Randai Saedar Siti merupakan kelompok randai yang berasal dari Jorong Balubuih, Nagari Sungai Talang, Kecamatan Guguak,Kabupaten Lima Puluh Kota, Propinsi Sumatera Barat ada sejak tahun 1880-an. Kembali aktif dalam bentuk kelompok dengan anggota baru pada tanggal 16 Oktober 2016. Kelompok randai ini merupakan salah satu kelompok yang aktif dalam berproses ditandai dengan seringnya tampil dalam pagelaran dan festival randai.
Kelompok randai Saedar Siti dengan cerita yang sama menceritakan tentang Saedar Siti yang semula bermaksud hendak pergi balimau, namun ditengah perjalanan bertemu seorang pria bermenung diri. Adalah Pamimbang Dunie, seorang raja yang rendah hati dari negeri Kuok Bangkinang yang sedang murung mengenang nasib hidup. Karena keterharuan puteri seorang hartawan terpandang dari Payakumbuh itu, sehingga pemuda tersebut diajak ke rumah ayahnya. Tetapi Amirullah, sang ayah menolak. Adalah suatu hal tak wajar bagi seorang anak perempuan Minangkabau membawa laki-laki tak dikenal. Tak ada mahfum yang dapat jadi pegangan. Maka konflik muncul dan meradang. Namun seiring waktu berjalan, semua mereda dan ayah mulai dapat menerimanya.
Kedekatan dua rangmudo itu berlanjut hingga ke pelaminan. Dengan restu ayah, kedua pasangan berbahagia itu setelah pernikahan berangkat dengan niat hendak memohon restu pada Datuk Marikam Jali, yaitu ayah sang suami. Tapi malang tak dapat ditolak, ditengah perjalanan mereka berdua mendapat musibah. Dihadang empat orang bengis komplotan penyamun tanpa ampun. Dipimpin oleh Inyiak Baransang Alam, beranggotakan; Ampanglimo Hitam, Ampang limo Biru, dan Ampang limo Cakap. Pertarungan hebat tak dapat terelakkan. Akhirnya komplotan penyamun berhasil melumpuhkan suami Saedar Siti, dicampakkan ke jurang. Harta benda habis dirampas. Dalam hutan belantara di Gunung Kelok Tigo, Saedar Siti tinggal seorang diri.
Nasib Saedar Siti hari demi hari semakin menyedihkan dan memilukan. Hingga pada suatu ketika ia ditemukan oleh seorang panglima bergelar Dubalang Ampang limo Garang, saat memimpin rombongan raja yang sedang berburu. Seorang raja yang tempramental bernama Sutan Limbak Tuah dari negeri Rantau nan Salapan. Kini nyawa Saedar Siti terancam. Dipaksa menikah dengan sang raja.
Seorang pria menghampiri tua peladang di sebuah kebun saat sayup ia mendengar suara alunan irama musik talempong pacik dari kejauhan. Tua peladang bernama Patikawa, memberi kabar bahwa sedang diadakan pesta pernikahan sang raja dengan seorang puteri yang dijumpainya saat berburu. Geram mendengar berita dari tua peladang itu, pria tersebut pergi mendatangi perhelatan itu.
Ternyata didapati yang bersanding dengan sang raja tempramental Sutan Limbak Tuah tersebut adalah istrinya sendiri.
Saedar Siti seketika tercengang dan terkejut. Melihat suaminya masih hidup dari petaka pertarungan hebat dengan penyamun yang berempat. Pamimbang Dunie pulih dan kembali menjemput Saedar Siti. Tapi Sutan Limbak Tuah tidak peduli. Kemelut pun tidak dapat dihindari. Kedua raja saling murka dan berkelahi. Maka hukuman yang adil dari Datuk Juaro Balai menjadi suatu pelerai pada kedua raja yang bertikai.
Pemain dari kelompok Saedar Siti terdiri dari generasi tua dan muda. Sebuah upaya kolaborasi dalam mempertahankan salah satu bentuk kebudayaan Minangkabau. Kelompok randai Saedar Siti saat ini didampingi oleh Rijal Tanmenan seorang etnomusikolog/seniman asal Sumatera Barat yang beberapa tahun belakangan ini kembali dari tanah rantau untuk mengabdi dikampung halamannya Sumatera Barat.
Dalam kata sambutannya, Kepala UPTD Taman Budaya menyampaikan pertunjukan ini merupakan kerjasama UPTD Taman Budaya dan RRI Padang dalam upaya mempertahankan, mengapresiasi dan dan meningkatkan kualitas kebudayaan dan kesenian di Sumatera Barat. Seiring dengan hal tersebut kegiatan ini juga merupakan agenda setiap minggu ke IV di RRI Padang dalam mengapresiasi Kebudayaan dan Kesenian Tradisi yang disiarkan langsung melalui RRI Pro IV Padang.
Pagelaran ini menyedot antusias penonton dengan cerita yang menarik. Kalangan penonton sendiri berasal dari RRI Padang, UPTD Taman Budaya, Seniman, Budayawan dan Masyarakat umum. Diharapkan dengan semakin terbukanya ruang dan semakin seringnya pelaksanaan kegiatan kebudayaan menjadi harapan baru untuk kebangkitan kebudayaan di Sumatera Barat sebagai identitas, jati diri, ekspresi dan kekayaan.
Sumber Sinopsis : http://www.pakan9pucuak.org/sinopsis-randai-saedar-siti/
(****) admin