Ummat Smartphone, Realitas Sosial Di Era Milenial


24 Juni 2019 05:33:20 WIB

Sejak penciptaannya, manusia terus berkembang sedemikian rupa. Dulunya, hanya ada Adam dan Hawa. Mereka bercengkrama di Syorga, hingga satu dosa terpaksa mencampakkan keduanya menuju alam dunia. Buah dari pohon terlarang, memaksa mereka tercampak ke tempat yang berbeda.

Sekarang, nenek moyang manusia itu telah menjelma menjadi miliaran manusia. Semuanya menyebar, hidup, serta menetap di hampir seluruh pelosok semesta. Selanjutnya, makhluk termulia itu  berkembang, dari generasi ke generasi sebagai embrio baru dari manusia pertama.

Alamiahnya, manusia lahir, setelah itu menjadi anak-anak, lalu dewasa, tua, dan akhirnya menemui kematian (life cycle). Tak satupun manusia mampu melawan habbit (kebiasaan) alam ini yang selalu berubah. Tuhan seolah-olah "memaksa" kita, demi menunjukkan kuasaNYA. Dia seperti berkata, "ini adalah hak KU sebagai pencipta". Manusia harus tunduk pada siklus alam semesta. Manusia lahir, kemudian mati. Setelah itu, manusia barupun lahir menggantikannya.

Begitu juga dengan peradaban, tidak pernah ada batasnya. Semuanya berkembang menuju kesempurnaan. Hal ini berbanding lurus dengan tingkat kecerdasan manusia. Dengan segala kecerdasannya, manusia selalu menghasilkan karya. Dari masa ke masa, dari era ke era walau dengan tingkatan yang tidak sama.

Dewasa ini, perkembangan teknologi, terutama informasi, telah mengisi hampir seluruh ruang kehidupan. Aktivitas sosial di dunia nyata, kini tergantikan secara digital. Tidak hanya orang dewasa, remaja, bahkan anak-anak sekolahpun setiap hari semakin sibuk dengan Hp Android di tangannya. Jari-jari milenial itu semakin terlatih dalam mengusap layar di HP meraka.

Realitas sosial ini terlihat tidak hanya di perkantoran, sekolahan, bahkan merangsek masuk sampai ke kamar-kamar di rumah kita, dan dimanapun bisa. Smartphone, sinyal, dan paket data, seakan menjadi kebutuhan utama setelah sandang dan pangan manusia.

Nah, begitulah dinamika manusia di era milenial. Manusia akhir zaman, Arus informasi begitu cepat memasuki ruang kehidupan. Ruang maya (Cyberspace) telah  menggantikan aktivitas nyata (real activity) di sektor sosial, ekonomi, politik, agama, budaya dan sebagainya. Semuanya teraplikasikan melalui Facebook, Wa, Line, Twiter dan beragam media sosial lainnya. Semua aktivitas ini, tentunya memiliki dampak sosial (social impact), baik personal, interpersonal, dan komunitas.

Perubahan sosial yang begitu cepat, jika tidak diikuti dengan kecerdasan intelektual, emosional, dan spritual tentunya akan menimbulkan kegoncangan budaya (cultural soc). Penguasaan Literasi yang mapan, merupakan salah satu jalan antisipasi perubahan global dari real activity menuju cyberspace.

Lemahnya antisipasi personal, interpersonal dan komunitas akan berdampak pada  disorientasi nilai.  Artinya, kekacauan kiblat; kesamaran arah dan pandangan akan timbul apabila terdapat kesenjangan antara organisasi sosial dan sistem nilai kebudayaan.

Kehilangan daya untuk mengenal lingkungan, terutama yang berkenaan dengan waktu, tempat, dan orang, tentu tak terelakkan. Semua orang sibuk dengan Hp dengan beragam fitur virtualnya.

Akhirnya, kita semua tentu akan sepakat, bahwa perubahan adalah suatu keniscayaan. "Ummat Smartphone", adalah realitas sosial di era milenial, Jari-jari milenial adalah penentu peradaban di masa depan. Dulu "Mulutmu harimaumu", sekarang, "jarimu adalah srigalamu". Hati-hati dengan jarimu!.
Ditulis Oleh:

Masrizal, S.Sos

Pamong Budaya Provinsi Sumatera Barat