Sentak Ilau
Sentak Ilau, karya tari kreasi oleh sanggar nan gombang dengan koreografer Desi Armanita, S.sn, terinspirasi dari kegiatan ritual masyarakat di wilayah pesisir selatan, ilau. Tradisi Ilau sampai saat ini masih dilaksanakan oleh masyarakat Sungai Liku, Ilau adalah satu ritual yang dilaksanakan oleh masyarakat dalam upaya menjaga keseimbangan alam dan menjaga hubungan agar tak saling interfensi dalam habitat yang berbeda antara manusia dan hewan dalam hal ini Harimau. Bila sudah terjadi hubungan yang tak harmonis antara manusia dan harimau, maka ilau akan berperan sebagai mantra penjinak. Sebagai mantra penjinak, Ilau berfungsi untuk menjinakkan Harimau. Bila sang Inyiak telah melakukan suatu kesalahan atau melanggar aturan yang telah disepakati secara supranatural, bila harimau sudah merajalela melahap ternak dan mengganggu masyarakat sekitar. Kearifan lokal, saling manjaga batasan antar habitat yang berbeda, adalah salah satu substansi dari falsafah "Alam Takambang Jadi Guru" (berguru pada alam), agar kebuasan hewani tidak meraja lela tersirat dalam tradisi ini. Menjinakkan harimau, secara harfiah bermakna menjinakkan nafsu untuk berkuasa dengan semena-mena secara tersiratnya.
Sentak Ilau dikemas dalam bentuk pertunjukan tari yang menggambarkan ritual diatas. Dua penari perempuan bertindak sebagai perantara dan dua penari lelaki yang bertindak sebagai penakluk sang raja hutan. Diawali dengan ritual dan doa-doa, meraka bergerak dan meliuk, larut dalam mantra sampai sang raja keluar dari persembunyiannya, menyerah lalu tertangkap.
Secara keseluruhan pertunjukan ini berjalan cukup baik, cuma perlu ada catatan untuk beberapa hal, konsep dasar karya yang tertuang dalam bentuk sinopsis terasa tak terlalu mewakili apa yang ingin disampaikan koreografer melalui karya ini, karena koreografer hanya mendeskripsikan inspirasi karya, tidak menjelaskan apa yang ingin dicapai dari sentak ilau ini.
Lalu, hal lain yang mesti dibenahi berkaitan dengan hal elementar dasar, tekhnik muncul, pola lantai dan komposisi masih perlu dipertajam. Hal terpenting adalah prosesi ritual yang menjadi kesakralan dari karya ini kurang tergarap dengan baik.
Namun demikian, secara keseluruhan penampilan pada malam itu cukup memberi apresiasi dan berjalan dengan baik, mudah-mudahan grup Nan Gombang yang terpilih bisa berprestasi berhasil pada ajang festival yang dilaksanakan secara nasional ini.
Pengkurasian untuk berbagai iven secara regional, nasional maupun internasional, sudah saatnya menjadi perhatian utama dan teregulasi dengan baik. Iven budaya bagian dari penguatan indentitas budaya suatu bangsa, oleh sebab itu siapapun yang menjadi wakil atau duta harus dikawal secara bersama dan terbuka. Regulasi ini harus diterapkan secara objektif dan tepat sasaran agar tak lagi muncul berbagai polemik menyesatkan, iven sekedar jalan-jalan, atau iven hanya untuk kroni yang sedang berkuasa, disamping itu tak ada lagi sanggar atau pelaku seni yang mengeluh mereka tak dapat perhatian dan merasa terabaikan. Semoga.
Ditulis oleh: Syuhendri, M.Sn
Pamong Budaya Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat.