Makan Bajamba


01 Agustus 2019 18:09:31 WIB

Dibalah-balah dalimo Dibalah ampek parampek Basuahlah jari nan limo
Makan sajamba kito barampek

Mamangan diatas jamak kita temukan di setiap perhelatan di Minangkabau, baik helat kawin ataupun helat penghulu (batagak gadang).

Biasanya tradisi makan bajamba akan hadir pada momen-momen itu,  pada saat nikah kawin menurut adat syara',  apalagi saat baralek pengangkatan penghulu satu kaum, maupun dalam acara formal lainnya. Maksudnya bila ada satu pertemuan atau rapat rapat adat, yang sifatnya tak terlalu seremonial, namun dihadiri oleh tokoh masyarakat dan para datuk, jika acara ini disertai dengan makan-makan, maka tradisi makan bajamba kerap dilaksanakan pada saat itu.

Lalu bagaimanakah makan bajamba itu yang sesungguhnya dan apa bedanya dengan makan bersama. Kita akan coba kupas satu persatu.

Jamba dan Hidangan.
Jamba dan hidangan merupakan dua hal yang berbeda, walaupun keduanya dapat ditemukan dalam kegiatan adat dan seremonial lainnya. Hidangan adalah ragam jenis makanan yang disuguhkan  pada saat pesta atau alek nikah kawin. Sebelum adanya tradisi tenda, hidangan adanya ditengah rumah disaat marapulai dan anak daro duduk bersanding di palaminan, maka dihadapan mereka akan ada diletakkan berbagai macam hidangan, dengan berbagai macam  jenis lauk baik digoreng maupun gulai, sebagai pelengkap disertai dengan penganan dan kue kue. Lazimnya di wilayah Agam dan IV koto dan sekitarnya disebut dengan alek urang padusi.

Berbeda dengan jamba, jamba juga dihidangkan tapi jamba tidak disebut sebagai hidangan, jamba adalah wadah atau tempat buat  nasi yang diletakkan di atas talam, nampan loyang atau dulang (ada beragam nama untuk menyebutkan istilah ini, di berbagai daerah), bukan pada piring, yang kemudian disantap secara bersama oleh beberapa orang, lazimnya empat atau enam.
Bertolak dari hal itu, maka dengan demikian makan bajamba dapat diartikan sebagai sebuah peristiwa makan bersama dalam satu talam, atau dulang. Seperti kata mamangan di atas "makan sajamba kito Barampek".

Makan bajamba lazimya dilaksanakan saat alek laki laki, peristiwa ini biasanya berlangsung saat acara manjapuik marapulai, walaupun  sebagian  pada alek perempuan juga ada, namun pada alek perempuan secara khusus makan bajamba hanya diperuntukkan bagi karib dan kerabat terdekat dari kedua mempelai saja.

Makan bajamba tidak sama dengan makan bersama sama. Di dalam makan bajamba ada tata aturan yang diatur menurut adat. Jika pada alek hidangan biasa, sambal atau gulainya boleh beragam. Sedangkan pada makan bajamba yang dihidangkan gulai saja sebanyak dua macam, yang dalam bahasa adat lazim disebut dengan gulai duo.

Gulai duo, gulai kuning dan gulai putih. Penamaan ini berdasarkan bentuk warna gulai yang terhidang kuning dan putih. Gulai kuning bahannya terdiri dari  Daging sapi yang dicampur dengan nangka (cubadak), sedangkan gulai putih isinya ayam dan rebung (rabuang) gulai rabuang.
Tata aturan lain dalam makan bajamba yang mesti difahami, dalam satu jamba antara mamak rumah dengan sumando tidak boleh satu jamba, harus dipisah. Dalam hal ini disinilah salah satu fungsi janang, disamping memantau hidangan janang juga harus mengatur atau mendudukkan orang pada posisi yang tepat saat makan bajamba, sesuai dengan kedudukan masing masing.

Makan bajamba tergantung dari jumlah jamba dan orangnya, jika orang melebihi jamba yang dihidang maka jamba boleh di isi enam orang, namun bila mencukupi cukup diisi empat orang saja.
Tata cara makan bajamba berbeda dengan makan sendiri sendiri. Makan bajamba menyuap nasi ke dalam mulut dengan cara dilempar (diambuang) jika tak piawai nasi akan berserakan ke mana mana, jika ini terjadi akan sangat memalukan karena dapat tercampur pada suapan orang lain yang satu jamba dengan kita. Makanya tak semua orang mau ikut dalam acara makan bajamba ini, ada aturan dan tatacara yang tak semua orang cakap melakukannya.
Banyak tata aturan dalam makan bajamba, makan bajamba tak sesederhana yang kita pikirkan. Makan bajamba tidak sama dengan makan bersama. Makan bersama lazim disebut balanjuang dalam kegiatan non formal, pada kegiatan formal disebut makan dihidang saja.
Demikian sekelumit soal makan bajamba menurut adat, salah satu khasanah kekayaan lokal Minangkabau sebagai ujud silaturahmi dan kebersamaan yang diikat oleh tata aturan adat.
Ditulis Oleh: Syuhendri, M.Sn
Pamong Budaya Sumatera Barat